Selamat Datang

Di Blog BINTANG KEJORA

Jumat, 25 Februari 2011

Cara Bumi Memulihkan Diri Akibat Pemanasan Global

Cara Bumi Memulihkan Diri Akibat Pemanasan Global

Mungkin menurut orang-orang pada umumnya meletusnya gunung merupakan bencana alam yang sangat tidak diharapkan. Tapi menurut pandangan yang berbeda, meletusnya gunung api merupakan sebuah hal yang baik, karena ini merupakan salah satu cara bumi memulihkan dirinya sendiri. Karena menurut beberapa sumber yang saya baca, debu vulkanis dari gunung api yang terlepas ke atmosfer dapat menutupi sinar matahari menuju permukaan bumi. Hal ini dapat menurunkan suhu, karena sumber panas utama bumi itu memang dari cahaya matahari.

Berikut ini beberapa referensi mengenai opini saya tersebut:


Letusan Tambora 1815 menyebabkan pendinginan global yang dramatis dan tahun tanpa musim panas pada 1816. Lalu letusan Merapi apakah juga berpengaruh pada cuaca global?.

Ketinggian abu dari ledakan Merapi mencapai 55 ribu kaki, berdasarkan keterangan Volcanic Ash Centre, Australia. Hal ini sebanding dengan letusan Gunung Eyjafjallajokull, Islandia, pada April lalu. Abu ini lebih rendah dari letusan Gunung Pinatubo 1991 di Filipina yang menyebabkan abu mencapai ketinggian 78.740 kaki.

Pendinginan global dari abu vulkanik tercipta karena menghalangi radiasi matahari yang masuk ke atmosfer. Tingkat pendinginan sendiri tergantung pada jumlah abu yang tersimpan di atmosfer, ketinggian abu dan lokasi letusan.

Jumlah abu yang disimpan di atmosfer terkait letusan Gunung Merapi belum diketahui secara pasti, karena proses alam ini masih terjadi. Namun, diperkirakan tidak akan lebih besar dari ledakan Pinatubo yang mendinginkan Bumi.

Sebuah letusan yang cukup kuat dapat mendorong abu masuk ke dalam lapisan stratosfer di mana ini tempat terjadinya cuaca. Pendinginan global terjadi saat curah hujan berkurang dan abu cenderung menempel. Letusan yang mendorong abu ke stratosfer di kawasan tropis, seperti peristiwa Pinatubo lebih mungkin menciptakan pendinginan global daripada di kawasan lintang tinggi seperti Eyjafjallajokull.

Bagian bumi yang terkena gangguan pemanasan, menerima radiasi yang lebih tinggi di dekat khatulistiwa. Hal ini menyebabkan efek pendinginan lebih besar daripada sekadar gangguan pemanasan global yang menciptakan pendinginan di daerah lintang tinggi.

Aliran stratosfer di atas daerah tropis cenderung meningkat dan menyebar ke segala arah. Ini menciptakan perluasan abu dengan efek pendinginan yang lebih dramatis.
Namun, proses pendinginan akibat letusan Gunung Pinatubo pada 1995 relatif singkat dibandingkan perubahan temperatur global. Hal itu juga tidak cukup untuk mematahkan kecenderungan pemanasan global, yang dimulai sebelum letusan itu dan terus berlanjut hingga kini.

Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration Oktober 2010, bumi terus mengalami suhu di atas rata-rata dibandingkan temperatur di abad ke-20. Meskipun, tidak menutup kemungkinan letusan dari gunung berapi lain bisa jauh lebih ekstrim dibandingkan dengan letusan Pinatubo 1991.

Hal ini terlihat dari letusan besar Gunung Tambora, Indonesia, pada tahun 1815. Letusan ini menyebabkan pendinginan global yang dramatis, termasuk tahun tanpa musim panas pada 1816.

Temperatur sangat dingin sempat menghantam kawasan timur Amerika Serikat, Kanada timur dan Eropa utara. Kelaparan secara luas juga menyebabkan ratusan ribu kematian.

Namun, pendinginan global dalam jangka pendek bisa terjadi akibat letusan gunung berapi besar. Letusan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. Padahal materi itu merupakan salah satu gas utama rumah kaca. Ilmuwan percaya pemanasan global akan terjadi setelah fenomena pendinginan akibat induksi abu berakhir.

Negara tercinta kita, Indonesia yang kaya sumber daya alam, gemah ripah loh jinawi memiliki gunung berapi yang sangat dashyat, bahkan dunia digunjangkan dengan kehebatannya.


Daerah yang termasuk Ring of Fire
Indonesia berada dalam Ring of Fire atau cincin api fasifik/lingkaran api fasifik yang menjadikan Indonesia kaya akan gunung berapi. Daerah Ring of Fire adalah daerah yang sering terjadi mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Sekitar 90% gempa bumi terjadi di daerah Ring of Fire dan 81% diantaranya merupakan terbesar. Dan daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika.
Dari jumlah kurang lebih 890 gunung berapi aktif didunia, sebanyak 129 atau 13% diantaranya adalah berlokasi di Indonesia. Gunung berapi artikan sebagai suatu sistem fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus. Di Indonesia, gunung berapi terletak dalam satu rangkaian yang mengikuti garis lengkung dari Pulau We (Aceh) sampai ke Indonesia bagian timur, dimulai dari Maluku, Sulawesi, sampai ke Kepulauan Sangir Talaud.
Jelle Zeilinga De Boer dan Donald Theodore Sanders dalam buku Volcanoes in Human Story menyebutkan, ada empat gunung berapi yang letusannya dinilai paling dahsyat sepanjang sejarah manusia. Tiga dari empat gunung tersebut berada di Indonesia.
Gunung yang pertama adalah gunung Toba yang mendapat julukan Supervulcano. Gunung ini dijuluki demikian karena Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang dan jika meletus kalderanya besar sekali yaitu puluhan kilometer. Gunung Toba memilki panjang 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung.

Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali. Yang pertama terjadi 840 juta tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir. Bekas kawahnya kini menjadi Danau Toba di Sumatra Utara. Akibat letusannya 74.000 tahun yang lalu ini mengakibatkan dunia mengalami musim dingin vulkanis terdahsyat pasca seribu tahun abad es. Kala itu, langit tertutup debu selama lebih kurang enam tahun. Itu memang benar-benar terjadi yaitu HIDUP TANPA MATAHARI SELAMA 6 TAHUN!!!!

Gunung Toba melepaskan energi 1.000 megaton TNT atau 50 ribu kali lipat ledakan bom Hiroshima dan menyemburkan tephra 2.800 km kubik berupa ignimbrit, yakni batuan beku sangat asam yang memang menjadi ciri khas bagi letusan-letusan besar. 800 km kubik tephra diantaranya dihembuskan ke atmosfer sebagai debu vulkanis, yang kemudian terbang mengarah ke barat akibat pengaruh rotasi Bumi sebelum kemudian turun mengendap sebagai hujan abu. Abu ini bahkan bisa ditemukan di India yaitu 3000 KM dari pusat letusan.
Peristiwa ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan iklim bumi pada seribu tahun kemudian dan mengakibatkan gagal panen, dan bencana kelaparan serta kematian. Ada yang memperkirakan penduduk bumi saat itu TERSISA hanya sekitar 40.000 orang saja.

Gunung berapi yang kedua adalah gunung Tambora yang berada di Pulau Sumbawa. Kathy Furgang dalam bukunya Tambora a Killer Volcano From Indonesia mengilustrasikan: Tambora meletus dahsyat tahun 1815 dan telah mengubur tiga kerajaan di Pulau Sumbawa yaitu Kerajaan Sanggar, Tambora dan Pekat dengan ketebalan sedimen lahar rata-rata tiga meter!! Korban Jiwa diperkirakan lebih dari 92.000 orang. Saking kerasnya letusan Gunung Tambora ini, suara letusannya terdengar sampai jarak 2.600 KM. Tahun meletusnya Gunung Tambora juga membawa efek terhadap musim di Eropa. Tahun 1816 di Eropa dikenal dengan sebutan “Tahun tanpa Musim Panas” (The year without Summer).


Gunung Tambora
Erupsi paroksimal Tambora dinyatakan terdahsyat dalam sejarah modern menyemburkan 100 km kubik debu dan mengubah pola cuaca di Bumi selama bertahun-tahun kemudian, yang salah satunya menghasilkan hujan lebat yang salah musim di Eropa dan berujung pada kekalahan Napoleon pada pertempuran besar Waterloo. Saking dahsyatnya Letusan Gunung Tambora ini sampai tercatat dalam Guinness Book of Record dan terkenal dengan sebutan “The Great Volcanic Eruption in History�.

Gunung berapi ketiga adalah Gunung Thera di Pulau Kreta yang terletak di wilayah Mediterania dan meletus tahun 1630 SM. Letusannya telah mengubur kota-kota dan desa-desa dikepulauan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar